::: SELAMAT DATANG DI BLOG MADRASAH :::

Madrasah Adiwiyata Mandiri

SELAMAT DATANG DI MTsN 4 KOTA PADANG

VISI : “Berakhlak Mulia, Unggul dalam Prestasi, Memiliki Karakter dan Peduli Terhadap Lingkungan.”.

EKSTRAKURIKULER MADRASAH

Pelantikan dan Pengukuhan Ekstrakurikuler Madrasah di Payakumbuh.

PRAMUKA : JUARA UMUM POSA

Juara POSA (Proof of Scout Agility) Tingkat MTs/SMP se-Kota Padang.

PELANTIKAN PKM

PKM (Patroli Keamanan Madrasah).

Pages

Senin, 05 Februari 2024

Nenita Ananda: I Hear I Forget, I See I Remember, I Do I Understand

Padang, Humas- Sebagai wujud cinta tanah air, MTsN 4 Padang melaksanakan Upacara Bendera rutin Senin pagi, 5 Februari 2024. Upacara yang dihadiri oleh seluruh warga madrasah berlangsung tertib dan khidmat. Nenita Ananda, S.Pd. yang juga merupakan wakil kurikulum MTsN 4 Kota Padang didaulat menjadi Pembina Upacara kali ini. Nenita mengucapkan terima kasih kepada pelaksana upacara yang dilaksanakan dengan sangat baik oleh peserta didik yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Madrasah MTsN 4 Kota Padang. Amanat yang disampaikan oleh Nenita kali ini mengutip filosofi Confusius seorang pemikir dan sosial filsuf dari China yang sangat memotivasi dan wajib dijadikan sebagai bahan renungan untuk meningkatkan kualitas diri. "I hear, i forget. I see, i remember. I do and i understand. Saya dengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya ingat. Saya lakukan dan saya paham. Seseorang yang mendengar saja, ia bisa lupa. Seseorang yang melihat saja, ia mungkin hanya ingat. Tapi, jika seseorang mulai melakukan sesuatu hal, maka ia pasti akan paham. Seseorang yang hanya mendengar dan melihat saja, maka ia tidak akan paham. Tapi, jika seseorang mulai melakukan sesuatu hal, maka ia akan paham dan mengerti," tegas Nenita.
Nenita kemudian menganalogikan dengan rumus matematika. Jika seorang siswa hanya mendengar dan melihat rumus itu tanpa mempraktikkannya, maka ia tak akan pernah mengerti. Sama halnya dengan kebersihan sampah. Seseorang yang hanya mendengar dan melihat teori kebersihan lingkungan, tanpa mempraktikkan dan melakukan kebersihan itu sendiri, itu sama saja tak ada gunanya."Semakin banyak kita melakukan maka akan semakin paham kita akan hal tersebut. Cobalah berupaya tidak hanya mendengar dan melihat, tapi cobalah lakukan. Lakukan segala hal yang baik agar menjadikan madrasah kita sebagai madrasah yang nyaman, indah, dan harmonis," tambah Nenita. Banyak nilai kebaikan yang dapat kita petik dari filosofi ini. Nenita kembali menekankan bahwa segala sesuatu yang ingin diwujudkan haruslah dilakukan, mulailah dari langkah kecil, dan jadikan kebiasaan agar kita semua menjadi manusia yang bermanfaat di jalan Allah Swt. (Syelli) (Doc: Taufik)

Seuntai Makna: Mengenal Lebih Dekat Pak Kadirun

Humas,Biografi-- Bapak Kadirun, dapat dipastikan semua warga MTsN 4 Kota Padang tak satu pun yang tak mengenal nama beliau. Sosok bersahaja nan ramah ini selalu hadir ketika pelaksanaan kegiatan keagamaan di MTsN 4 Padang. Beliau mengabdi sepenuh hati. Akan tetapi, Rabu 31 Januari 2024, Pak Kadirun telah memasuki masa purnabakti. Tepat 60 tahun usia beliau dan sesuai aturan negara sudah saatnyalah beliau mengakhiri masa pengabdian menjadi Pegawai Negeri Sipil. Hari Rabu itu, dipenuhi rasa haru yang memenuhi hati seluruh keluarga besar MTsN 4 Kota Padang karena kata perpisahan itu harus terucap jua. Di kesempatan lain, kami bertemu dengan beliau sekadar berbincang, bernostalgia tentang sedikit sejarah kehidupan beliau. "Bapak lahir di Desa Solok Ambah, 1 Januari 1964," ujar beliau memulai ceritanya. "Dulu daerah tersebut adalah desa, sekarang sudah menjadi Nagari. Solok Ambah adalah salah satu desa di Kabupaten Sijunjung yang cukup terpencil. Tahun 80-an baru ada kendaraan roda dua. Sebelumnya untuk ke pasar pun harus berjalan kaki lebih kurang 15 km pergi pulang. Bapak di usia empat tahun sudah ditinggal oleh ayah. Kami 7 orang bersaudara dan bapak sebagai anak bungsu sudah menjadi anak yatim waktu itu. Kami pernah makan jagung sebagai pengganti nasi karena nasi termasuk barang mahal bagi keluarga kami dulu. Setelah Bapak kelas enam SD, Bapak menganggur selama satu tahun. Pada masa menganggur sekolah itu, Bapak pergi bertani ke sawah dan ladang untuk mengumpulkan uang. Di tahun berikutnya, Bapak mengulang lagi kelas enam SD dan melanjutkan pendidikan di MTsN Pangki Kabupaten Sijunjung. Selama tiga tahun di MTsN, Bapak berusaha mandiri mencari uang untuk bersekolah. Mencari kayu dan memancing ikan untuk dijual," Pak Kadirun mengingat masa kecilnya.
Beliau kemudian melanjutkan ceritanya, "Begitu Bapak taman MTs, Bapak melanjutkan pendidikan ke PGAN di Koto Baru, Solok. Selama sekolah di PGA, Bapak juga berusaha hidup mandiri. Ada seorang Bapak yang baik dan berhati tulus menjadikan Bapak anak angkatnya. Bapak angkat Bapak ini memiliki ladang, sawah, beternak sapi, dan ayam. Selama dua tahun Bapak tinggal di pondok sawah Bapak angkat. Setiap pulang sekolah, Bapak kerjakan apa saja yang bisa bapak kerjakan untuk membiayai pendidikan Bapak. Tahun 1987, Bapak tamat PGA dan ingin sekali lanjut kuliah. Bapak kemudian tinggal di Mushala Al-Anhar, kelurahan Pitameh, Kab. Sijunjung. Alhamdulillah Bapak bisa lulus tes masuk kuliah di IAIN Fakultas Tarbiyah, tapi lokasi perkuliahan agak jauh yakni di Batusangkar. Karena situasi tersbut, Bapak tidak jadi kuliah dan mencoba melamar menjadi guru. Alhamdulillah, puji syukur rezeki dari Allah, Bapak diterima mengajar di SD Tanah Sirah, Piai, Kecamatan Lubuk Begalung, di dekat rumah Ibu Reno Yandhora Sari (Bu Reno adalah guru IPS MTsN 4 Kota Padang). Bu Reno itu, teman murid Bapak," Pak Kadirun tersenyum.
"Waktu Bapak mengajar di SD itu, gajinya Rp. 5000,- perbulan. Bapak jalani selama tiga tahun. Tahun 1989, Bapak pindah mengajar ke SMP Muhammadiyah Tanjung Sabar. Gaji pun mulai naik Rp.45.000,- perbulannya. Bapak sudah berkeluarga di tahun 1989 itu. Di samping bekerja sebagai guru, Bapak juga bekerja sebagai tukang perabot. Bapak jalani selama 13 tahun. Tahun 2000, Bapak baru diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil menjadi guru agama SD. Bapak kembali lagi ke kampung halaman, Kabupaten Sijunjung, tepatnya di SD 09 Pulasan jauh di pelosok. Bapak mengajar di sana selama 3 tahun. Tahun 2003 Bapak pindah tugas lagi ke MTsN Padang Sibusuk yang masih berada di kawasan Kabupaten Sijunjung. Bapak ingin pindah ke Padang dan tahun 2013 Bapak berusaha pindah. Bapak juga mencoba segala jalan dan berupaya agar bisa pindah hingga sampailah ke MTsN 4 ini yang dulunya bernama MTsN Parak Laweh. Tapi, Bapak tak berhasil mengajar di MTsN Parak Laweh. Tahun 2014 segala usaha dan doa Bapak diridhoi Allah Swt. Bapak pindah ke Padang dan mengajar di MTs Aisyiyah (swasta). Kemudian tahun 2016, ada peraturan baru, guru PNS harus satmikal atau mengajar tetap di madrasah negeri. Bapak pindah tugas ke MTsN 4 Kota Padang dan mengajar sampai pensiun," tutur Pak Kadirun. Itu hanyalah segelintir kisah beliau. Pak Kadirun yang juga diberi amanat menjadi Wakil Kepala Madrasah Bidang Humas sampai masa pensiunnya ini juga menyampaikan bahwa beliau akan menulis buku tentang memoar kisah beliau saat masih menjadi abdi negara. Masih terbayang bagi kami figur teladan beliau yang hadir sejak jam 06.00 pagi sekadar merapikan madrasah atau ketika siang menjelang dzuhur beliau yang siap sedia mengingatkan dan menggelar tikar untuk sholat berjamaah. Begitu banyak teladan dari perjuangan dan liku perjalanan yang beliau lalui. Tiada kebahagiaan tanpa penderitaan, adalah motto hidup beliau. Dalam mencapai kebahagiaan, mungkin kita harus melewati penderitaan terlebih dahulu. Tapi, itulah yang akan membuat kita kuat dan paham makna hidup. Terima kasih atas pengabdian Bapak. Sehat selalu Bapak dan mohon doakan kami serta generasi penerus bangsa MTsN 4 Kota Padang bisa sukses berprestasi serta menjadikan kisah hidup bapak sebagai teladan untuk meraih masa depan cemerlang. (Syelli)